HKN ke-60 Tahun, Dua Masalah Kesehatan Menjadi Tugas Berat Pemprov Papua Barat
MANOKWARI, Kabarnusantara.co - Peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-60 Tahun (12/11/2024), sebagai simbol pentingnya menjaga kesehatan dalam kehidupan, lalu bagaimana kondisi kesehatan dan tenaga kesehatan di Papua Barat saat ini.
Peningkatan pelayanan di bidang kesehatan yang dilakukan pemerintah bermaksud agar masyarakat Papua barat dapat mencapai kondisi yang lebih baik di masa depan.
Sejalan dengan itu, pemerintah pusat melalui Badan Pengarah Percepatan Pembangunan Otonomi Khusus Papua (BP3OKP) memasukan kesehatan "Papua Sehat" menjadi salah satu dari 3 agenda utama peningkatan kesehahteraan menuju Papua emas dan Indonesia emas.
Masalah kesehatan bukan hanya tugas dari pemerintah daerah dan tenaga kesehatan. Organisasi masyarakat, keluarga dan pribadi juga memiliki tanggungjawab yang sama menjaga kesehatannya masing-masing.
Setiap provinsi tentu memiliki masalah kesehatannya masing-masing, tidak terkecuali di Provinsi Papua Barat. Diantaranya prevalensi stunting Papua Barat masih di angka 24,8 persen dan masalah lain yang juga dihadapi yakni masih kurangnya tenaga dokter spesialis di daerah.
STUNTING
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) prevalensi stunting Papua Barat pada 2023 sebesar 24,8 persen atau turun 5,2 persen dari tahun sebelumnya, yakni 30 persen pada 2022. Angka tersebut masih terpaut jauh dengan target secara nasional di angka 14 Persen.
Sejumlah upaya dilakukan pemerintah untukelakukan intervensi, diantaranya pemberian makanan dengan gizi lengkap langsung kepada sasaran hingga pendampingan bagi calon pengantin baru tentang pentingnya mengkonsumsi makanan sehat.
KURANGNYA TENAGA DOKTER SPESIALIS
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Provinsi Papua Barat, dr. Ade Ismawan menyebut meskipun pelayanan kesehatan di Papua Barat terus ditingkatkan namun masih kekurangan jumlah tenaga medis, terutama dokter subspesialis.
“Kami masih sangat kekurangan dokter spesialis di beberapa bidang. Misalnya, untuk spesialis jantung, di Manokwari baru ada dua dokter, sedangkan untuk penyakit saraf satu dokter,” jelas dr. Ade.
Tercatat, saat ini diwilayah Papua Barat yang terdiri dari 7 Kabupaten baru memiliki 400 orang dokter yang terdiri dari dokter umum, dokter spesialis, dan dokter subspesialis.
"Kita (Papua Barat) masih kekurangan di beberapa spesialis seperti Jantung hanya 2 orang, spesialis bedah syaraf belum ada, dokter ortopedi 1, dokter anak baru 2, dan anastesi hanya1 orang sehingga masih perlu diatasi bersama," sebut dia. (Tri)
What's Your Reaction?